Kabarbhayangkara.com/KAB. KARAWANG — Sekitar 60% industri manufaktur di Indonesia berlokasi di derah Jawa Barat. Tahun lalu saja nilai investasi yang berhasil ditanamkan sebesar Rp116 Triliun lebih.
Namun, kawasan industri manufaktur di Jawa Barat masih terpusat di daerah Karawang, Bekasi, hingga Purwakarta. Ke depan pelaku industri di Jawa Barat pun akan diarahkan untuk beralih ke wilayah timur Jawa Barat. Seperti yang diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
“Kalau dulu ada Jababeka, yang sekarang sudah dianggap (industrinya) banyak dan penuh. Maka pemerintah (provinsi Jawa Barat) akan mengarahkan dunia usaha atau perindustrian di Jawa Barat ke wilayah Timur Utara Jawa Barat,” kata Uu saat menghadiri peresmian Pabrik Kaca Lembaran dan Cermin PT Asahimas Flat Glass, Tbk, oleh Menteri Perindustrian RI di Kawasan Industri Indotaisei, Cikampek, Kabupaten Karawang, Senin (18/2/19).
“Oleh karena itu, kami mohon partisipasinya di masa yang akan datang, sehingga para investor tidak berfikir lagi ke wilayah Jababeka tapi beralih ke wilayah (segitiga) Rebana,” lanjutnya.
Pada kesempatan ini, Uu juga menyinggung masalah tenaga kerja yaitu upah dan kebutuhan dasar pekerja. Pemda Provinsi Jawa Barat meminta agar ke depan industri bisa menyediakan kebutuhan lain seperti perumahan pekerja yang dekat dengan lokasi kerja dan transportasi.
Uu meyakini apabila kebutuhan dasar ini bisa terpenuni, para pekerja tidak akan terus menuntut kenaikan upah yang besar kepada perusahaan.
“Tapi kami memahami di sisi lain tidak mungkin pihak perusahaan memberikan honor yang tidak sesuai dengan kemampuan. Kami sudah berbincang dengan komisaris (PT Asahimas Flat Glass), kenapa tidak kebutuhan dasar pekerja bisa dipenuhi (perusahaan), seperti transportasi, perumahan, ataupun sembako,” ungkap Uu.
“Dengan adanya pemenuhan dasar tersebut para pekerja tidak akan tetap menuntut upah yang besar karena kebutunan dasarnya sudah terpenuhi,” sambungnya.
PT Asahimas Flat Glass merupakan perusahaan kaca pertama di Indonesia yang dibangun pada 1971 dan mulai beroperasi pada 1973. Pabrik barunya di Cikampek menggantikan pabrik lamanya di Ancol, Jakarta.
Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto pun memberikan apresiasi kepada pabrik kaca terintegrasi ini, karena terus eksis dan memiliki integritas dalam membangun industri kaca nasional.
Kapasitas pabrik kaca Asahimas di Cikampek mencapai 420.000 ton, sehingga total produksi kaca Asahimas melalui pabriknya di Sidoarjo, Jawa Timur dan Cikampek ini mencapai 720.000 ton. Sementara nilai investasi yang ditanamkan sebesar Rp 5 Triliun, dengan menyerap tenaga kerja hingga 3.000 orang. Produksi kaca Asahimas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku komponen otomotif, gedung, dan permukiman.
“Dan ini adalah leading sector di sektor float glass dan kaca di Indonesia. Juga menjadi bukti bahwa investasi itu bisa menyerap tenaga kerja,” tutur Airlangga.
Khusus untuk industri, lanjut Airlangga, pemerintah terus mendorong peningkatan industri dalam negeri atau P3DN. Untuk itu, Kementerian Perindustrian pun mendorong industri yang memanfaatkan kaca sebagai bahan bakunya — seperti otomotif, bisa menggunakan lokal konten.
“Industri seperti kaca yang terkait dengan otomotif, tentu kami dorong agar lokal kontennya selalu ditingkatkan. Dan dari informasi, 90 persen industri otomotif menggunakan kaca di dalam negeri,” tandasnya.(ds)*
Comment