Kabarbhayangkara.com/BANDUNG – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sedang membangun tujuh waduk dan bendungan yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Dua waduk sebagai pengendali banjir Jakarta, lima waduk sebagai irigasi pertanian.
Dua waduk pengendali banjir Ibu Kota berlokasi di Kabupaten Bogor, yakni Waduk Ciawi dan Waduk Sukamahi. Waduk Ciawi dirancang memiliki luas genangan 39,32 hektare dengan daya tampung air 5,03 juta meter kubik. Konstruksinya dimulai pada 2016 dan fisiknya sudah dikerjakan sekitar 9,51%.
Sementara Waduk Sukamahi direncanakan memiliki luas genangan 49,66 hektare dengan daya tampung air 1,38 juta meter kubik. Saat ini progresnya masih pada tahap pembebasan lahan dan konstruksi, dimulai sejak 2017-2018.
Menurut Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jabar Eddy Nasution, kedua waduk ini akan dibangun di daerah aliran Sungai Ciliwung yang dinilai kerap menjadi sumber banjir Ibu Kota.
“Sungai Ciliwung yang mengalir dari kebun teh yang ada di Puncak Bogor itu sampai ke wilayah DKI. Ini yang selalu menjadi permasalahan banjir,” ujar Eddy pada acara Jabar Punya Informasi, di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (4/4/19).
Lima waduk yang berfungsi sebagai irigasi pertanian lokasinya tersebar di Jawa Barat. Waduk Kuningan di Kabupaten Kuningan, Waduk Cipanas (Sumedang – Indramayu), Waduk Sadawarna (Subang), Waduk Leuwikeris (Kabupaten Tasikmalaya), dan Waduk Matenggeng di Kabupaten Pangandaran.
Waduk Kuningan dirancang memiliki luas genangan 221,59 hektare dengan daya tampung air 25,95 juta meter kubik. Waduk ini dapat mengairi 3.000 hektare lahan sawah dan memasok 500 kilo watt listrik. Pembangunan sudah dimulai 2013 dan progresnya mencapai 95,77 persen.
Waduk Cipanas diproyeksi memiliki luas genangan 1.444 hektare dengan daya tampung air 250,81 meter kubik. Waduk ini akan mengairi 9.243 hektare lebih dan memasok 3 mega watt listrik. Saat ini kemajuan konstruksi yang dimulai sejak 2016 sudah terealisasi fisik 16,66 persen.
Waduk Sadawarna akan memiliki luas genangan 498,43 hektare dengan daya tampung air 43,56 meter kubik. Waduk ini direncanakan mampu mengaliri 4.500 hektare area irigasi dan memasok 3 mega watt listrik. Saat ini progress konstruksi masih dalam tahap pembebasan lahan.
Waduk Leuwikeris dirancang memiliki luas genangan 242,90 hektare dengan daya tampung 45,35 meter kubik. Waduk ini akan mampu mengairi area irigasi 11.216 hektare dan memasok 3 mega watt listrik. Progres konstruksi yang dimulai sejak 2016 sudah 46,85 persen.
Sedangkan Waduk Matenggeng masih dalam tahap review desain. Direncanakan, selain memasok air irigasi dan cadangan air baku, waduk ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir.
Eddy melanjutkan, lahan pertanian tidak dapat hanya mengandalkan musim penghujan saja. Oleh karena itu perlu dibantu oleh air dari waduk. Dengan ada waduk, indeks pertanaman meningkat sampai poin tiga alias alias petani bisa memanen padi sampai tiga kali setahun.
“Manfaat waduk terhadap lahan pertanian adalah waduk itu bisa membuat kita bisa panen lebih dari dua kali setahun, mendekati tiga,” katanya.
Masih di acara Japri, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Linda Al Amin memaparkan, seluruh area irigasi di Jabar telah dibagi kewenangannya berdasarkan luas dan lokasi.
Area irigasi di bawah 1.000 hektare menjadi kewenangan kabupaten/kota, sedangkan area irigasi dengan luas 1.000-3.000 hektare yang lokasinya lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi. Sementara area irigasi di atas 3.000 hektare menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Saat ini Jabar memiliki 900.000 hektare area irigasi di 103 lokasi. Sekitar 400.000 hektare merupakan kewenangan pemerintah pusat dan kabupaten/kota, sedangkan 100.000 hektare dikelola provinsi.
Jadi menurutnya, pembangunan lima waduk irigasi akan berdampak signifikan pada produktivitas pertanian di Jabar.
Comment