by

Guru SMKN 4 Padalarang Ujang Enoh Mulyadi Berhasil Mengembangkan 3 Anggrek Hibrida Baru.

Kabarbhayangkara.com / BANDUNG, DISDIK JABAR – Guru SMKN 4 Padalarang, Ujang Enoh Mulyadi berhasil mengembangkan tiga anggrek hibrida baru. Ketiga anggrek hibrida baru tersebut sudah diakui secara internasional melalui Sertifikat Registasi Internasional yang dikeluarkan Royal Horticultura Society.

Tiga anggrek hibrida baru itu adalah Luinopsis Kawaii, Luistylis Mojang Cantik Jelita, dan Phalaenopsis Sari Rohayati Nama anggrek hibrida terakhir diambil dari nama sang ibu, Sari Rohayati.

“Saya dedikasikan itu atas kasih sayang seorang ibu untuk anaknya. Ini mungkin enggak bisa menandingi kasih sayang ibu, tapi inilah persembahan saya untuk ibu,” ungkap Ujang saat ditemui di Kampus 2 SMKN 4 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (27/4/2023).

Pemulia anggrek ini menjelaskan, tujuan penyilangan hibrida anggrek adalah untuk mengembangkan anggrek endemik Indonesia agar lebih beragam dan tidak punah. Selain itu, memperbaiki karakteristik kedua indukan, meningkatkan adaptasi anggrek pada suhu suatu lingkungan hingga memperoleh varian anggrek hibrida baru.

Penantian Setengah Dekade

Ujang bercerita, butuh lima tahun penantian untuk melihat anggrek hibridanya berbunga. Sebab, ada berbagai tahapan yang harus dilakukan mulai dari pembibitan hingga berbunga.

Guru kelahiran Bandung, 22 September 1995 ini menjelaskan, proses awalnya adalah mencari bibit indukan anggrek. Setelah menemukan indukan, barulah dikawinkan dengan kultivar atau genus lain yang akan menjadi buah salam 4 bulan ke depan. “Ini tergantung jenis anggreknya, tapi rata-rata sudah bisa kita panen, lalu tanam di lab kultur jaringan dan membutuhkan waktu paling cepat 1 tahun berada di dalam lab,” ungkap guru kompetensi keahlian agribisnis tanaman ini.

Setelah satu tahun, lanjutnya, barulah anggrek hibrida ini dipindahkan ke green house. Dengan perawatan yang benar, butuh 4-5 tahun bagi anggrek hibrida tersebut untuk berbunga. “Saya mulai kawinkan (silangkan) dari tahun 2018 dan berbunga tahun 2022. Setelah bunga pertama muncul, muncul bunga-bunga lainnya,” ucap guru yang juga hobi menulis ini.

Cinta Tanaman Hias Sejak Belia

Kecintaan Ujang pada tanaman hias tidak muncul kemarin, melainkan belasan tahun silam saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ini tak terlepas dari peran orang tuanya. “Bapak kebetulan petani, kalau ibu suka tanaman hias. Nah, mungkin turunan dari sini saya suka tanaman hias. Bahkan, kalau melihat bunga di pinggir jalan suka iseng, penasaran ini teh bunga apa. Lalu, dibawa ke rumah dan ditanam,” tutur anak kedua dari tiga bersaudara tersebut.

Dari sana, ia fokus mendalami minatnya dengan memilih jurusan agribisnis tanaman di SMKN 4 Padalarang, sekolah yang hari ini jadi tempatnya mengabdi sebagai guru.

Ia mengungkapkan, para guru di SMKN 4 Padalarang pun memotivasinya agar terus memperdalam ilmu seputar tanaman. Akhirnya, ia melanjutkan studi ke Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Di sana, ia bertemu dengan salah satu dosen yang sangat menginspirasinya. “Namanya Pak Romiyadi, beliau itu ahli anggrek. Karena beliau orangnya terbuka, maulah saya belajar, menggali ilmu dan diskusi selama kuliah bahkan sampai sekarang,” terangnya.

Menurutnya, beliaulah yang menginspirasinya untuk terus mengembangkan anggrek hibrida baru. Sebab, Pak Romiyadi sudah banyak menemukan spesies anggrek hibrida lebih dari hitungan jari. “Saya pengen suatu hari nanti ingin seperti beliau,” cetusnya.

Impian Ujang pun terwujud. Tiga anggrek hibrida baru yang disemai adalah buktinya. Namun, mimpinya masih panjang.

“Pengennya terus mengembangkan supaya anggrek-anggrek endemik Indonesia ini tidak punah, kita ingin menjaga. Kalau bukan kita, siapa lagi.”

Ia pun mendorong seluruh generasi muda Indonesia untuk berani mengembangkan diri di bidang agribisnis tanaman. Selain memiliki peluang usaha yang besar, Ujang ingin membuktikan bahwa jurusan ini tak lagi memiliki stigma kuno.

“Orang selalu memandang pertanian itu paling mencangkul. Padahal, pertanian itu cakupannya luas, ada teknologi di dalamnya. Ada kultur jaringan, hidroponik, dan teknologi lainnya,” jelasnya.

Bukti Kualitas SMKN 4 Padalarang

Kepala SMKN 4 Padalarang, Engkus Kusnadi pun menilai, prestasi yang ditorehkan oleh guru di sekolahnya ini adalah bukti bahwa kompetensi keahlian agribisnis tanaman di sekolahnya adalah salah satu yang terbaik. Ia mengapresiasi penuh usaha yang dilakukan oleh Pak Ujang. “Ini penghargaan luar biasa karena sudah diakui secara internasional. Diharapkan, guru kami, Pak Ujang jadi ikon pembudi daya tanaman anggrek hibrida di SMKN 4 Padalarang,” terangnya.

Engkus berharap, prestasi Ujang bisa memotivasi seluruh guru untuk terus berinovasi dan meningkatkan kompetensi.

Lebih jauh, Engkus menjelaskan, kompetensi keahlian agribisnis tanaman di sekolahnya adalah salah satu kompetensi keahlian terfavorit. Bahkan, pada PPDB tahun lalu, jumlah pendaftar ke kompetensi keahlian tersebut terbanyak dari sekolah lain di Jawa Barat. Hal tersebut selaras dengan kualitas yang dimiliki.

Salah satunya, dengan adanya penggarapan tanah yang luas. “Kita udah bekerja sama dengan pihak Kota Baru Parahyangan untuk berkolaborasi menggarap lahan. Jadi, ada banyak lahan yang bisa dimanfaatkan untuk bahan praktik. Output-nya, hasil pendidikan di sini menjadikan mereka sebagai teknokrat pertanian,” tutupnya.